THOUSANDS OF FREE BLOGGER TEMPLATES

Selasa, 26 April 2011

Resensi Karya Tulis


Judul : Surat Kecil Untuk Tuhan
Penerbit : Inandra Publisher
Penulis : Agnes Davonar
Kategori : True Story
Cetakan : ke-8
Tebal : x + 232 Halaman


ANDAI Aku BISA KEMBALI

Aku INGIN TIDAK ADA TANGISAN

ANDAI Aku BISA KEMBALI

Aku TIDAK INGIN ADA LAGI HAL YANG SAMA TERJADI PADAKU

TERJADI PADA SIAPAPUN

TUHAN ANDAI Aku BISA MEMOHON

JANGAN ADA TANGIS DAN DUKA DI DUNIA LAGI

TUHAN ANDAI Aku BISA MENULIS SURAT UNTUKMU

JANGAN PISAHKAN Aku DARI SAHABAT DAN ORANG YANG Aku SAYANGIN.

Aku INGIN MENJADI DEWASA SEPERTI BURUNG YANG BISA TERBANG KETIKA IA DEWASA

Aku INGIN AYAH MELIHAT Aku KETIKA Aku MEMILIKI LAGI KEINDAHAN GERAIAN RAMBUT..

TUHAN SURAT KECILKU INI..

ADALAH PERMINTAAN TERAKHIKU ANDAI Aku BISA KEMBALI..

Itulah untaian kata yang tertera dalam surat kecilnya kepada Tuhan. Agnes Davonar, yang lebih dikenal sebagai cerpenis online mendapat kesempatan untuk menuangkan kisah nyata gadis kecil ini dalam sebentuk karya sastra. Dialah Gitta Sassa Wanda Cantika, kita mengenalnya sebagai mantan artis cilik era 1998. gadis kecil inilah tokoh utama dalam novel Surat Kecil Untuk Tuhan yang divonis menderita kanker ganas dan diprediksi hidupnya hanya tinggal 5 hari lagi.

Di usianya yang baru menginjak 13 tahun, sebuah kanker ganas yang langka mnyerangnya dan nyaris membuat wajahnya menjadi tampak seperti monster. Dokter yang memeriksanya memvonis gitta, dia akan mati dalam waktu 5 hari bila tidak melakukan operasi. Orang tuanya berat mengambil keputusan, bagaimanapun juga sebagai orang tuanya, mereka tidak tega melihat separuh wajah putrinya harus hilang karena operasi Kasus kanker ganas yang diidap oleh Gitta menjadi kasus pertama yang terjadi di Indonesia dan menjadi sebuah perdebatan di kalangan kedokteran karena kanker tersebut biasa hanya terjadi pada orang tua.

Namun, Tuhan memang maha adil. Dengan segala upaya akhirnya orang tua nya, Gitta mendapatkan kesempatan untuk sembuh setelah bertahan selama 6 bulan melalui kemotrapi untuk membunuh sel - sel kanker yang menggerogoti tubuhnya. Sekali Kemotrapi, mampu merontokka semua rambut yang ada di tubuhnya, dan tubuh kecil Gitta harus menjalaninya hingga 25 kali untuk bisa sembuh.

Namun, ketegaran Gitta dan semangatnya untuk terus bertahan hidup mampu membuatnya mengirup udara 6 bulan lebih lama. Dunia kedokteran pun dibuat tercengang atas keberhasilan tim dokter Indonesia memperlambat pertumbuhan sel kanker Ditta. Karena dalam beberapa kasus yang terjadi, kanker langka ini mampu merenggut nyawa hanya dalam hitungan hari. Ketika semua orang bersuka cita pada kesembuhan gitta, namun rupanya kesempatan sembuh itu hanya sebuah kesempatan. Setelah 6 bulan, kanker itu datang kembali dengan menjadi lebih ganas. Gitta pun pasrah melewatkan hidupnya dengan kanker yang semakin mengganas wajahnya hingga menyentuh paru parunya.

Hebatnya, dengan wajah yang hampir menghilang dan menyerupai monster, ia nekad ingin sekolah menyelesaikan pendidikannya. Hinaan bahkan cacian dari orang orang yang melihatnya tidak ia pedulikan. Dan, yang paling menyedihkan adalah ketika ujian kenaikan kelas disaat tangannya tak mampu lagi bergerak hingga hidungnya mimisan mengeluarkan darah, dirinya masih ingin terus ujian dan lulus naik kelas. Tekadnya sekuat baja sampai - sampai ibu Megawati memberikan penghargaaan khusus padanya sebagai siswa teladan.

Tapi kematian adalah sebuah kepastian. Tuhan mempunyai rencana lain dalam diri gadis itu. Membebaskannya dari rasa sakit yang dideritanya. Dan akhirnya, setelah 3 tahun lamanya ia berperang melawan ganasnya kanker, Tuhan datang menjemputnya. Biografi Ditta ditulis ulang oleh Agnes Danovar dan diterbitkan oleh Gramedia. Kisah yang menyentuh ini merupakan sebuah inspirasi kehidupan. Bagaimana seorang gadis kecil mampu berjuang dengan begitu hebatnya, hingga di detik - detik kematiannya, ia dapat merampungkan Sebuat surat yang ditujukan kepada Tuhan dan kepada kita semua.







Minggu, 03 April 2011

Karya Tulis/Ilmiah merupakan bentuk ekspresi dari penulisnya

Didunia yang selalu berkembaang ini, membuat banyak kemudahan bagi setiap orang untuk berekspresi sesuai dengan yang diinginkan. Salah satunya menuangkan ide ataupun suatu karya dalam berbagai media untuk diketahui oleh banyak publik. Teknologi dan berbagai jaringan sosial membuat jalan untuk dikenal publik menjadi lebih mudah.

Berdasarkan pendapat Ibu Rosi Rosida yang menyatakan bahwa “suatu karya tulis merupakan hasil dari proses bernalar penulisnya. Jadi tidak salah menilai seseorang dari karya tulisnya, sehingga kita bisa menilai seseorang dari tulisannya”.

Dari pendapat tersebut saya setuju, karena setiap pengarang atau penulis bebas mengekspresikan isi pikirannya di suatu karya tulis. Karya tulis juga dapat menjadi tempat bagi pengarang atau penulis untuk mengkritik apa yang sedang terjadi saat ini. Bahkan penulisan dalam bentuk ekspresi tidak hanya untuk mengkritik, tetapi bisa juga untuk dalam bentuk sastra seperti membuat puisi, novel, cerpen ataupun bisa juga sebagai catatan harian dalam blog yang sesuai dengan isi hati dan perasaan penulis. Sehingga karya ilmiah tersebut berasal dari proses penalaran. Suatu karya ilmiah menjadi mudah kalau sumbernya bisa mengalir dari hati dan fikiran penulis.

Bentuk ekspresi dalam bentuk karya tulis semacam ini menurut saya sangatlah bagus, karena berekspresi dalam hal positif dan mampu menciptakan suatu karya yang dapat di konsumsi oleh masyarakat luas yang mungkin bisa membantu masyarakat yang membutuhkan sumber, yang kebetulan temanya sama. Setiap karya tulis mempunyai gaya bahasa tersendiri yang mencerminkan pribadi dari pengarang atau penulisnya. Biasanya tergantung dengan kondisi perasaan pengarang atau penulisnya, inilah yang membedakan penulis yang satu dengan yang lainnya.

Jadi jika dikatakan “ Suatu karya ilmiah merupakan hasil proses bernalar penulisnya sehingga tidak salah bila kita menilai seseorang dari tulisannya “ menurut saya ada benarnya karena sumber inspirasi membuat karya ilmiah adalah dari proses berfikir yang menggunakan nalar, dan dalam menulis tidak akan jauh dari perasaan (mood). Karena persaan tidak lepas dari diri seseorang maka setiap karya pasti ada sisi yang mencerminkan watak,sifat dari penulis. Maka dari sini ada beberapa orang yang bisa menilai penulis dari hasil karya tulisannya.

Karya Tulis/Ilmiah merupakan bentuk ekspresi dari penulisnya

Didunia yang selalu berkembaang ini, membuat banyak kemudahan bagi setiap orang untuk berekspresi sesuai dengan yang diinginkan. Salah satunya menuangkan ide ataupun suatu karya dalam berbagai media untuk diketahui oleh banyak publik. Teknologi dan berbagai jaringan sosial membuat jalan untuk dikenal publik menjadi lebih mudah.

Berdasarkan pendapat Ibu Rosi Rosida yang menyatakan bahwa “suatu karya tulis merupakan hasil dari proses bernalar penulisnya. Jadi tidak salah menilai seseorang dari karya tulisnya, sehingga kita bisa menilai seseorang dari tulisannya”.

Dari pendapat tersebut saya setuju, karena setiap pengarang atau penulis bebas mengekspresikan isi pikirannya di suatu karya tulis. Karya tulis juga dapat menjadi tempat bagi pengarang atau penulis untuk mengkritik apa yang sedang terjadi saat ini. Bahkan penulisan dalam bentuk ekspresi tidak hanya untuk mengkritik, tetapi bisa juga untuk dalam bentuk sastra seperti membuat puisi, novel, cerpen ataupun bisa juga sebagai catatan harian dalam blog yang sesuai dengan isi hati dan perasaan penulis. Sehingga karya ilmiah tersebut berasal dari proses penalaran. Suatu karya ilmiah menjadi mudah kalau sumbernya bisa mengalir dari hati dan fikiran penulis.

Bentuk ekspresi dalam bentuk karya tulis semacam ini menurut saya sangatlah bagus, karena berekspresi dalam hal positif dan mampu menciptakan suatu karya yang dapat di konsumsi oleh masyarakat luas yang mungkin bisa membantu masyarakat yang membutuhkan sumber, yang kebetulan temanya sama. Setiap karya tulis mempunyai gaya bahasa tersendiri yang mencerminkan pribadi dari pengarang atau penulisnya. Biasanya tergantung dengan kondisi perasaan pengarang atau penulisnya, inilah yang membedakan penulis yang satu dengan yang lainnya.

Jadi jika dikatakan “ Suatu karya ilmiah merupakan hasil proses bernalar penulisnya sehingga tidak salah bila kita menilai seseorang dari tulisannya “ menurut saya ada benarnya karena sumber inspirasi membuat karya ilmiah adalah dari proses berfikir yang menggunakan nalar, dan dalam menulis tidak akan jauh dari perasaan (mood). Karena persaan tidak lepas dari diri seseorang maka setiap karya pasti ada sisi yang mencerminkan watak,sifat dari penulis. Maka dari sini ada beberapa orang yang bisa menilai penulis dari hasil karya tulisannya.